Mengapa Kau Sembunyi?

Alhamdulillah dapet ilham nulis dari kisah temen, walau kisahnya menyayat, namun semoga bisa jadi pelajaran buat para pembaca. 
.
.
.
Sebelumnya, sudah amat sering aku menanyakan perihal itu. Namun, terkadang kau mengelak dan pura-pura tak tahu. Terkadang juga, kau pun mengalihkan semua pembicaraan,  seolah malas membahas kegelisahan yang tengah kualami. Padahal jerit hatiku mengatakan ada sesuatu dibalik semua candamu.
Aku?  Masih ingatkah kau siapa diriku? Masih ingatkah bagaimana kau mati-matian memperjuangkanku dulu? Masih ingatkah bagaimana dulu kau buat ku jatuh hati padamu? 
Kini, aku bertanya kembali ketika kau dengan tega menghancurkan hati yang tulus padamu. Aku bertanya dengan nafas yang masih terengah ketika tahu kau menyembunyikan pengkhianatan besar di belakangku. Kemanakah kau yang kukenal dulu? Kemanakah ucapan-ucapan manismu yang kini terurai bagai debu?
Jelas ku tak percaya, orang yang amat ku percaya, ternyata tega menghancurkan kepercayaanku. 
Maha Baik Tuhan menunjukkanku apa yang sebenarnya terjadi. Ia menunjukkan kebohongan yang selama ini kau sembunyikan.
Jelas aku hancur, bagaimana mungkin kau dengan mudahnya membuka hati untuk orang lain. Sedang aku disini tengah bangkit melawan keterpurukanku. Aku tertatih menunggumu disini, sedangkan disana kau tengah asyik bersamanya. Aku disini kau acuhkan, dan terkadang setiap hal kau anggap salah, ternyata kau tengah berusaha menutupi semua kesalahanmu itu.
Jangan tanya seberapa rindu aku padamu yang dulu, jangan tanya seberapa besar rasa kehilanganku pada sosokmu yang dulu. Mungkin benar kau tidak berubah. Hanya saja, dunia terus berputar. Kita semua telah berevolusi. Kau hanya bermetamorfosa dan bergerak kearah yang berbeda. Sedang aku hanya berkutik pada satu titik. Hingga merasa kau tak lagi sama seperti yg kukenal dulu.
Namun, sekali lagi kau benar. Dunia itu dinamis tidak statis sepertiku. Hidup harus berubah, namun saja, aku belum bisa menerimanya. 
Kau hanya menerima sosok baru dalam hidupmu, yang membuatmu kini asing dimataku. Ungkap kesetiaan hanya sumpah serapahmu yang kini hilang diterpa badai. Kuakui dia cantik, pantas saja kau tertarik. Hingga kau pun dengan mudahnya lupa denganku yang tengah berdiri menunggumu berbalik. Aku lemah atas cintaku padamu. Sampai sebegitu menyakitkanpun hal yang harus kuterima, tak bisa sedikitpun menghapus anganku tentangmu. Kau masih tetap saja jadi dambaanku, padahal sudah jelas kau menyakiti tanpa perasaan sedikitpun.
 Denganmu, aku rela tetap tegak berdiri, meski tau sakitnya dijatuhkan berkali-kali.Aku tau, kini ada luka menyayat saat ku mengingatmu. Ada tangis tersedu saat ku merindumu. Namun, kau tetap jadi candu dalam hidupku. Entah ini yang dikatakan tulus atau aku saja yang bodoh. Tetap mencintai walau sakit hati merajai. 
Kini, hidupku berada pada ambang kegelisahan. Antara bertahan dengan luka, atau pergi jauh membawa cinta yang masih tertanam dalam dada. Nyatanya, jikalau bertahanpun aku harus rela mencintai orang yang hatinya telah terbagi; tidak lagi untukku saja. Namun pergipun aku menderita, jika cinta ini masih saja menggebu walaupun dalam luka. 
Kutetapkan untuk tetap berdiri, terbawa arus, kemanapun aku akan pergi nantinya, aku pasrah. Bagaimanapun jalan akhir ceritanya nanti, semoga saja aku siap menerima dan ikhlas terhadap ketetapan-Nya. Semenyakitkan apapun kisah ini, harus tetap kuterima. Karena aku yang dari awal bersedia memulai kembali merajut asa denganmu. Aku anggap ini risiko dari pilihanku. Karena yang namanya jatuh pasti akan sakit, pun dengan jatuh cinta. Aku yang memilihmu, maka aku pun harus menerima perihnya dikhianati olehmu. 


Komentar

Posting Komentar

Postingan Populer